Postingan

MOMENTUM KEMERDEKAAN : AYO PERANGI HOAKS JELANG PESTA DEMOKRASI!

Gambar
  Sudah hampir menginjak 3 tahun mereka berdua belum juga kunjung bertegur sapa. Sebagai dua orang sahabat yang perhatian terhadap dunia politik, Anto dan Rian (sebut saja begitu) yang juga adalah tetangga saya, cukup sering terlibat dalam perdebatan kusir tentang pilihan politik mereka. Awalnya perdebatan mereka hanya sebatas perdebatan ringan ala warung kopi di atas jam 1 malam. Namun, ketika pendaftaran calon presiden pemilu 2019 telah usai, intensitas perdebatan mereka semakin tinggi.   Puncaknya, perdebatan mereka yang sengit malam itu membuat mereka tidak lagi terlibat percakapan hingga sekarang. “Capres kamu itu pro komunis, dia antek-antek China, KAFIR!!!” pekik Anto dengan jari telunjuk mengerah ke mata Rian. Seakan tidak mau kalah, Rian menepis telunjuk Anto   sembari membentak “urus saja capres kamu itu yang seorang penculik dan pelanggar HAM!!! Untung saja beberapa kawan sigap melerai perdebatan sengit itu. Kalau tidak, mungkin semua kopi kami akan bercucuran di lantai wa

Upaya Bersama Menolak Punah Dengan Save Day Berbasis People Power

Gambar
  Demonstrasi global warming di Eropa (Gatra, 22 Juni 2019) Alarm keberlangsungan kehidupan yang ada di muka bumi sedang berbunyi nyaring. Dunia seperti tidak diberi kesempatan leluasa untuk sekedar mengambil napas panjang. Belum sepenuhnya selesai menghadapi keganasan Covid-19 yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membunuh 15 juta orang dalam dua tahun pertama bahkan kemungkinan lebih, bumi yang merupakan tempat kita hidup sekarang pun sedang dihantui oleh suatau bahaya besar yang dapat mengancam keberlangsungan kehidupan. Yang mirisnya manusialah yang menjadi pemicu terbesar hal itu dapat dengan cepat menjadi kenyataan. Bahaya besar itu bernama krisis iklim yang merupakan dampak dari cepatnya proses perubahan iklim yang terjadi. Perubahan iklim yang dapat menyebabkan krisis iklim sehingga bisa mengancam kehidupan di bumi bukanlah suatu kabar burung tanpa adanya riset. Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) dimana merupakan wadah dari ilmuwan dunia yang bertugas m

"Senjata" Melawan Pemberontakan di Papua

Gambar
         “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia” . Begitulah kira-kira anggapan dari presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, Nelson Mandela. Memang benar pendidikan memang sangat penting untuk mengubah sebuah bangsa, bahkan dunia. Tidak terkecuali tanah kaya di timur Indonesia. Papua. Papua memang kaya. Bertahun-tahun tanahnya digali, tapi tidak pernah habis emas didapati. Entah sudah berapa negara datang membawa pulang emas Papua, tidak pernah juga terdengar berita stok emas akan habis. Ini baru emas, belum lagi minyak, nikel, gas dan sebagainya yang sampai membuat tanah Papua dijuluki surga di timur Indonesia. Dengan semua kekayaan Papua, timbul pertanyaan, mengapa dengan kekayaan yang luar biasa itu,   Papua masih tergolong daerah paling miskin tahun 2020 menurut Badan Pusat Statistik (BPS)? Dengan semua kekayaan itu mengapa masih saja muncul pemberontakan-pemberontakan yang berdasrkan pada ketidakadilan? Sehingga memunculkan ko

Miras atau Miris?

Gambar
Negeri kita beberapa hari ini tengah gaduh lagi. Tidak mengherankan bukan? Sebab ini salah satu budaya negeri tercinta ini. Seperti ada yang kurang jika pemerintah tak membuat kontroversi pada masyarakat dan mungkin begitu sebaliknya. Mungkin. Kita patut berbangga, selain korup, kegaduhan menjadi salah satu budaya yang sampai sekarang masih dipegang teguh bangsa kita. Setidaknya menambah daftar budaya dari sekian banyak budaya kan? Kegaduhan ini berhulu dari terbitnya Perpres No 10 tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal. Dari namanya tidak ada yang aneh. Namun isinyalah yang dipermasalahkan. Di antara isinya adalah memperbolehkan investasi minuman keras (miras) di 4 daerah di Indonesia, yakni Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Utara, Bali dan Papua. Artinya minuman keras di 4 daerah tersebut dilegalkan oleh pemerintah. Masyarakat bebas menjual dan membelinya. Tak akan ada razia dan apa pun itu yang menghambat aktivitas mabuk di 4 daerah tersebut. Pemerintah sebagai penerb

Pilkada, hak demokrasi atau nafsu oligarki?

Gambar
  Akhir tahun 2020 sudah di depan mata. Masyarakat menunggu kepastian penanganan virus yang sampai saat ini masih terdistribusi dengan baik. Di tengah ketidak sabaran publik, pemerintah yang kita cintai ini memutuskan untuk terus menyelenggarakan pesta demokrasi dalam hal ini Pilkada. Walaupun belum jelas apakah ini menjadi pesta masyarakat atau malah pesta Corona.  Polemik tentang dilanjutkannya Pilkada telah banyak dibahas oleh para politisi bahkan ahli di berbagai ruang-ruang diskusi virtual tentu saja. Penguasa dalam hal ini Pemerintah seperti beradu argumen dengan diri sendiri. Di satu sisi sangat menentang adanya perkumpulan massa, di satu sisi malah menyelenggarakan Pilkada. Mereka berdalih akan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat saat 9 Desember 2020 itu tiba. Tapi siapa yang berani jamin dengan sekitar 304.927 TPSyang tersebar di seluruh negeri ini, protokol kesehatan dapat di ketatkan seperti salah satu janji dari sekian janji (yang tentu tidak bisa disebutkan disini)