Benarkah Indonesia Sedang Sakit?


Beberapa hari terkahir ini saya sering menjumpai atau sekedar terlintas dalam linimasa media sosial, tertera sebuah ungkapan atau lebih tepatnya pesan yang mengatakan bahwa “Indonesia cepatlah sembuh, ulang tahun mu sudah dekat”. Ini membuat saya sedikit bertanya-tanya bingung, siapakah Indonesia yang di maksud itu? Benarkah negeri ini sedang sakit? Ataukah barangkali akal kita yang sedang tidak baik-baik saja? Dari pertanyaan-pertanyaan ini terbersit dalam hati saya untuk mencari tau siapakah Indonesia yang di maksud itu.

            Indonesia bukanlah orang lain, Indonesia adalah kita. Ya kitalah Indonesia itu. Kita inilah bagian dari negara besar ini. Dengan mengatakan cepatlah sembuh Indonesia, itu berarti secara tidak langsung kita telah memerintahkan diri kita sendiri untuk cepat sembuh juga. Dan kita memerintah akal kita untuk segara pulih.

            Apa yang yang harus di sembuhkan?

            Mengapa harus di sembuhkan ?

            Begini. Dalam situsasi seperti ini, semua di tuntut untuk berfikir jernih. Bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja itu pasti, memang itulah yang terjadi. Dengan melemparkan pernyataan semacam itu, seperti melemprakan tanggung jawab kita sebagai warga negara ini. Kita semua yang harus mengakui kita ceroboh. Kita semua yang harus menyadari kita yang tidak baik-baik saja. Kita semua yang harus sepenuhnya mengerti bahwa kita yang sebenarnya sedang “sakit” itu. Sebab kerja besar semacam sekarang, tidak bisa hanya di lakukan oleh pemerintah dan kroni-kroninya. Lihat saja semua yang terjadi ini jika kita hanya menyuruh mereka yang ikut andil.

            Dengan menyadari kita semua yang bertanggung jawab. Kita akan lebih peduli. Kita akan lebih ikut dalam sebuah rasa “sakit” besar bangsa ini. Memanglah bangsa ini sedang “sakit”, tapi sebenar-benarnya yang sakit adalah kita sebagai manusia negeri ini.  Kita terlalu acuh terhadap keadaan yang ada. Kita terlalu banyak berkhianat pada protokol yang di tetapkan. Kita terlalu nyaman dengan ego yang kita banggakan. Lantas melemparkan pernyataan bahwa “Indonesia” sedang sakit. Seolah-olah “Indonesia” itu bukanlah negeri kita. Seolah-olah kita makan bukan dari Indonesia. Seolah-olah kita menghirup udara segar setiap pagi bukan dari hutan lebat Indonesia. Dan seolah-olah dia bukanlah Indonseia itu sendiri.

            Saya menyadari betul bahwa saya sangat minim atau bahkan sama sekali tidak ikut andil dalam penyembuhan “sakit” Indonesia ini. Tapi, marilah kita berfikir bahwa ketika kita tidak bisa ikut menyembuhkan maka jangan berusaha mematikan. Jika kita tidak bisa ikut membiarkan negeri ini berjalan normal lagi maka janganlah “menaruh batu” di jalan sebagai sandungan. Jika kita tidak bisa memapah negeri ini maka jangan mendorongnya hingga terjatuh.  

Marilah kita mengganti kalimat itu dengan “Cepat sembuh pikiran kita, negeri ini akan semakin tua”. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pilkada, hak demokrasi atau nafsu oligarki?

Miras atau Miris?

MOMENTUM KEMERDEKAAN : AYO PERANGI HOAKS JELANG PESTA DEMOKRASI!